MAKALAH
“KODE ETIK RESEARCH
ENGINEER DALAM PENULISAN ILMIAH”
(SOFTSKILL)
Disusun Oleh :
Nama :
Fiqi Aris Supriatna
Kelas :
4IC02
NPM :
24414240
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK
MESIN
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2017
LATAR BELAKANG
Karya
ilimiah (Scientific Product) bias
berupa keluaran fisik dari suatu kegiatan ilmiah (instrument, senyawa kimia,
dll.), atau cara baru melakukan atau membuat sesuatu, atau keteraturan baru
yang diperoleh dari kumpulan data, atau penjelasan atau teori baru terhadap
fenomena, atau hasil-hasil kegiatan ilmiah lainnya.
Karya
ilmiah bias pula difahami sebagai pelaporan sistematis terhadap hal-hal diatas,
dalam bentuk paten atau makalah di jurnal ilmiah atau laporan akhir untuk
memperoleh gelar (skripsi, tesis, disertasi). Scientific paper, thesis, dissertation, patent.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Beberapa Istilah Penting Karya Ilmiah
1.
Paper, article = makalah
2.
Manuscript =
makalah asli sebelum penerbitan, naskah
3.
Reviewer = penelaah
makalah
4.
Editorial Board = dewan
penyunting
5.
Macam-macam
makalah di jurnal ilmiah
a.
Research paper = artikel
penelitian
b.
Review article = artikel
yang melaporkan perkembangan bidang tertentu selama beberapa tahun terakhir
c.
Communication / Letter = artikel singkat, tanpa abstrak, untuk melaporkan
perkembangan terbaru secara cepat
d.
Editorial = tulisan
yang dibuat oleh penyunting, biasanya dicetak di bagian awal jurnal
2.2
Status
Terbit Karya Ilmiah
1.
Karya terbitan (published material)
a. Buku yang telah diterbitkan secara resmi, biasanya
ditandai oleh penomoran ISBN
b.
Makalah di jurnal
ilmiah, biasanya dalam jurnal ber-ISSN, dan artikelnya memiliki nomor DOI
(digital object identifier)
c.
Makalah di
prosiding seminar, yaitu suatu terbitan oleh penyelenggara temu-ilniah (seminar,
symposium, dll.)
d.
Untuk dua terakhir
di atas, syarat mutakhirnya : online
2.
Karya belum terbit
atau non-terbit (unpublished material)
1.
Laporan penelitian
akhir untuk memperoleh gelar (skripsi, tesis, disertasi)
2.
Laporan penelitian
oleh peneliti di universitas atau lembaga penelitian, bias disertai laporan
keuangan kalu peneliti menerima hibah penelitian
3.
Kedua karya
non-terbitan di atas bias disimpan secara online
yang medianya biasa disebut sebagai repository (repository)
4.
Repositori sesuatu
lembaga kadang memuat naskah karya sivitasnya yang terbit di jurnal, biasanya
dalam bentuk naskah asli – manuscript (tidak
dalam tampilan jurnalnya)
2.2.1
Proses Penerbitan Karya Ilmiah
1. Dalam jurnal ilmiah, tahapan garis
besarnya :
a.
Penulisan
menyampaikan naskah ke jurnah ilmiah (tim penyunting)
b.
Penyunting
(editor) melakukan pemeriksaan awal, untuk mengecek secara singkat: bahasa,
kesesuaian cakupan, kelengkapan susunan naskah, dll.
c.
Jika memenuhi
syarat miminal, naskah diserahkan ke beberapa penelaah (reviewer) untuk
memperoleh komentar.
d.
Setelah melalui
tahapan perbaikan naskah, penyunting menyiapkan naskah siap cetak dan siap
online (eg. pdf)
e.
Pengecekan
terakhir oleh penulis (proof-reading) sebelum terbit
2.4
Etika Penulisan Karya Ilmiah
1.
Data yang
ditampilkan harus asli, atau disitasi dengan baik dari penerbitan sebelumnya
2.
Penulisannya juga
harus asli
3.
Penulis harus
membuat sumbangan yang cukup mendalam terhadap isi makalah
4.
Penulis harus
ditambah atau dikurangi dengan keterbukaan sepenuhnya
5.
Data harus
dilaporkan secara penuh dan jujur
6.
Kesalahan harus
dilaporkan secara penuh dan benar
2.5
Masalah Pemilihan Jurnal Etika Penulisan Karya Ilmiah
1.
Pemilihan jurnal
bisa menjadi bagian dari pelanggaran etika penulisan makalah ilmiah, misalnya
memilih jurnal yang tidak menjalankan proses dengan baik, a.l.
a.
Tidak dilakukan
proses penelaahan yang berkualitas
b.
Penyunting tidak
memiliki latar belakang yang sesuai
c.
Penelaah yang
dipilih tidak memiliki kemampuan ilmiah sesuai penlitian yang dilaporkan dalam
naskah
d.
Penerimaan naskah
dilandasi oleh alasan lain selain pertimbangan kualitas penelitian dan tulisan
2.6
Cara Menilai Jurnal Etika Penulisan Karya Ilmiah
1.
Cek apakah tim
penyunting jurnal memiliki latar belakang pendidikan dan rekam-jejak (track
record) penelitian sesuai cakupan isi jurnal.
2.
Cek apakah anggota
tim penyunting memiliki rekamjejak penelitian.
3.
Ketika menerima
hasil telaah naskah kita, periksa apakah komentarnya berkaitan dengan substansi
penelitian, atau hal-hal lain seperti ejaan, istilah, dll.
4.
Dan lain-lain,
silakan diskusikan bersama rekan.
2.7
Penulisan Pendamping dan Ucapan Trims Etika Penulisan
Karya Ilmiah
1.
Umumnya, seseorang
dituliskan sebagai penulis pendamping, jika terlibat dalam 2 dari 4 peran di
bawah :
a.
Terlibat dalam
perancangan percobaan/penelitian
b.
Terlibat dalam
pelaksanaan percobaan/penelitian
c.
Terlibat dalam
analisis data
d.
Terlibat dalam
penyiapan naskah
2.
Kalau peran
seseorang tidak terlalu substantial, biasanya ditulis dalam ucapan terima kasih
(acknowledgement)
3.
Keluarga, pacar,
dll. bisa masuk dalam acknowledgement tesis/disertasi, tapi tidak di
acknowledgement makalah.
2.8
Menyertakan Penulis Pendamping Etika Penulisan Karya
Ilmiah
1.
Penulisan
seseorang dalam daftar penulis, harus sepengetahuan dan seizin ybs.
2.
Mahasiswa harus
menyertakan nama pembimbing, dengan sepengetahuan pembimbing tsb.
a.
Tidak menulis nama
pembimbing bisa berarti mencuri
b.
Menulis nama
pembimbang tanpa izin artinya mencatut
3.
Tidak selalu
pembimbing mengetahui penuh seluruh tahap perancangan percobaan dan kerja
penellitian, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.
c.
Mahasiswa kadang
bertanya metode baru ke mahasiswa lain di bawah pembimbing lain.
3.8
Program Gelar-Ganda Etika Penulisan Karya Ilmiah
1.
Kerumitan pada
ko-pembimbingan untuk program gelar-ganda (double-degree program)
a.
Kerja di suatu universitas
bisa saja tidak terkait dengan keahlian pembimbing di universitas lainnya,
sehingga menjadi wajar jika kadang seorang pembimbing tidak disertakan pada
semua publikasi ilmiah.
b.
Tapi harus
dihindari tidak disertakannya pembimbing tertentu di universitas lain, padahal
pembimbing itu memiliki peran yang substansial terhadap penelitian yang
dilaporkan dalam naskah tsb.
c.
Untuk menghindari
perbuatan tidak etis, mahasiswa harus menjelaskan secara jujur dan terbuka
kepada pembimbingnya, kalau ko-pembimbing di universitas lain memiliki peran
yang substansial, seperti yang dijelaskan sebelum ini.
3.9
Plagiasi
1.
Plagiasi, yaitu
menggunakan data, informasi, atau pendapat dari tempat lain tanpa menyebutkan
sumber, harus dihindari.
2.
Bahkan
data/metode/pendapat sendiri pun, kalau pernah diterbitkan, tidak bisa
digunakan kembali tanpa sitasi.
3.
Sebagian data dari
tulisan kita sebelumnya, tanpa penyebutan sumbernya, disebut plagiasi-diri
(self-plagiarism)
4.
Metode yang pernah
kita gunakan, dan pernah diterbitkan, jika digunakan kembali, sebaiknya tidak
diuraikan kembali diartikel berikut, melainkan cukup mensitasinya dari artikel sebelumnya.
5.
Menghindari
plagiasi: gunakan berbagai fasilitas (Google Scholar, ChemFinder, Reaxys, dll.)
untuk mengecek.
3.10
Menghindari Plagiasi-Diri Plagiasi
a. Jika kita menggunakan metode yang dikembangkan kita sendiri,
tapi telah dilaporkan di makalah sebelumnya, maka kita cukup merujuk makalah
sebelumnya tsb.
b. Jika kita mengubah metode kita untuk penelitian dalam naskah
berikut yang akan dibuat, rujuk makalah yang menjelaskan metode itu, dan
jelaskan hanya perubahan yang dillakukan terhadap metode tsb.
c. Hindari pengulangan narasi yang sama, terutama yang terkait
hal-hal orisinal dan baru, yang hendak dilaporkan.
3.11
Menulis Naskah dari Tesis/ Disertasi Plagiasi
a. Pastikan
naskah (manuscript) kita memiliki keaslian (originality) dan kebaruan (novelty)
yang cukup baik.
b. Beberapa
saran yang bisa dipertimbangkan :
1. Mahasiswa bersama pembimbing memilah, mana yang
memiliki nilai kebaruan dalam tesisnya, mana yang tidak.
2. Untuk memudahkan, fokus pada data dulu, baru pada
metode.
3. Untuk yang tidak baru, tapi penting, lakukan perujukan
dengan semestinya.
4. Untuk mahasiswa, pastikan telah menyertakan nama
pembimbing sebagai penulis naskah. Jika dosen lain (non-pembimbing) memiliki
peran substansial dalam penelitian, bicarakan bersama pembimbing perlu-tidaknya
menyertakan dalam daftar penulis.
2.12 Yang Tidak Termasuk Plagiasi
a.
Menggunakan data
atau narasi dari karya sendiri yang telah ditulis dalam media “non-terbitan”
1. Data di skripsi digunakan dalam artikel ilmiah di
jurnal
2. Artikel jurnal (tulisan sendiri) menjadi bagian utama
salah satu bab tesis. (Peraturan perlu memperhatikan hal ini)
b.
Menggunakan media
“subject repository” (eg. arxiv.org) sebagai sarana menerima masukan dari
komunitas ilmiah, sebelum mengirimkan naskah itu ke jurnal ilmiah.
c.
Pemberi dana
meminta laporan penelitian (research report) yang akan disimpan di Internet.
Data dalam laporan ini sama dengan data yang digunakan dalam jurnal oleh si
peneliti.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Publikasi
Penelitian Tantangan Indonesia
Gambar 2.1 Publikasi Penelitian Tantangan Indonesia
Tantangan
terbesarnya bukanlah pada pencapaian ilmiah, tapi pada etika dalam kehidupan
pribadi, kehidupan bermasyarakat, dan kehidupan bernegara.
1. Etika ilmiah akan merupakan cermin dari hal di atas.
2. Etika yang baik akan berpengaruh besar pada
pencapaian.
3. Bagaimana menumbuhkan perilaku yang berbasis etika, bukan
sekedar mengikuti aturan. (Atau menyiasati aturan?)
Kalau
perilaku berbasis etika telah tumbuh, maka akan tumbuh pula tujuan-tujuan yang
berbasis hal-hal yang lebih mendasar. Bukan sekedar menjadi universitas dengan
jumlah publikasi terbanyak, tapi universitas yang menyumbang pada penguatan
dinamika ilmiah di Indonesia. Bukan sekedar menjadi peneliti paling produktif
dalam publikasi internasional, tetapi juga menyumbang pada pertumbuhan sistem
diseminasi ilmiah nasional. Mulailah memikirkan tujuan-tujuan yang lebih
substansial.
2.2 Peran Sains, Teknologi dan Seni
1.
Manakah yang lebih
penting, penelitian dasar (basic sciences), atau penelitian terapan?
2.
Jika dinamika
ilmiah menguat dalam arti yang sebenarnya, maka dinamika interaksi
dasar-terapan pun akan tumbuh:
a. Penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan
mendasar tentang fenomena alam di Indonesia, akan menumbuhkan gagasan-gagasan terapan,
yang bisa ditindaklanjuti oleh .
b. Usaha membangun sains terapan dan rekayasa
(engineering) pada tahapannya akan memunculkan kembali pertanyaan-pertanyaan dasar
tentang fenomena.
3.
Seni dan humaniora
akan menunjukkan perannya dalam dinamika yang tumbuh.
2.3 Etika Ilmiah Tidak Kaku
Beberapa contoh :
1.
Mahasiswa harus
menyertakan nama pembimbing dalam naskah ilmiah yang dikirimnya ke jurnal
ilmiah.
2.
Kasus A: seorang
mahasiswa mengirim naskah ke jurnal, setelah lulus, tanpa menyertakan nama
pembimbing. Setelah pembimbingnya mengirim surat keberatan ke jurnal, maka
artikel itu dicabut dari jurnal.
3.
Kasus B: kasusnya
mirip. Jurnal itu meminta penjelasan kepada si penulis atas keberatan mantan
pembimbingnya. Sang penulis memberi penjelasan tertulis, bahwa walaupun topik
itu merupakan topik penelitian bersama pembimbing tsb., tapi saat itu gagasan berasal
dari mahasiswa, dan bahkan sangpembimbing lebih banyak tidak setujunya terhadap
gagasan tsb.
4.
Bagaimana penyelesaian
kasus B?
Akhirnya
diketahui pula, sebagian besar data-data yang dilaporkan, merupakan hasil,
kerja penelitian, setelah si penulis berpindah pembimbing. Langkah yang diambil
oleh penyunting jurnal: Artikel tidak dicabut dari jurnal tersebut. Dalam nomor
jurnal itu, dimuat surat keberatan sang pembimbing, dan surat balasan si
penulis, berdampingan. Pemuatan kedua surat dilakukan setelah meminta persetujuan
kedua belah pihak, dengan izin penyuntingan seperlunya oleh si penulis dan
mantan pembimbingnya
BAB III
PENUTUP.
3.1 Kesimpulan
1.
Etika ilmiah
merupakan hal yang sangat penting, karena eksistensi kita tidak hanya
didasarkan atas pencapaian ilmiah berdasarkan pengetahuan, kecerdasan dan
keterampilan, tetapi juga dibangun di atas landasan integritas ilmiah,
berdasarkan nilai-nilai susila kemahasiswaan dan kesarjanaan.
2.
Penegakan etika
ilmiah harus disertai kesediaan untuk mendengar dari pihak-pihak yang terkait,
karena etika ilmiah tidaklah kaku, dan dalam penerapannya haruslah mempertimbangkan
apa yang sesungguhnya terjadi, hingga rinciannya yang paling “halus”,
kasus-demi-kasus.
3.
Akhirnya,
komunitas ilmiah melihat etika ilmiah sebagai sesuatu yang terus tumbuh,
bersama tumbuhnya kedewasaan dan keadaban komunitas tsb.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Muhamad A. Martoprawiro, Ph.D. “Kode
Etik Penulisan Ilmiah” Sasana Budaya Ganesa ITB, 10 Agustus 2015
Komentar
Posting Komentar